Bahasa Pedia

Rabu, 02 Juni 2021

Kata Konkret dan Kata Abstrak

Kata Konkret dan Kata Abstrak


berikut adalah pembahasan singkat mengenai kata konkret dan kata abstrak berikut penjelasan nya ;
 

Konkret

Menurut KBBI = Konkret : Nyata, Benar-Benar ada

Menurut Istilah = Kata konkret adalah kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindera.


Abstrak

Kata abstrak adalah sebuah kata yang memiliki rujukan berupa konsep atau pengertian. Sesuai dengan namanya kata abstrak lebih memerlukan pendalaman pemahaman, karena sifatnya yang tidak nyata.


Kata Konkret dan Kata Abstrak

Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak, seperti ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.

Sabtu, 29 Mei 2021

Kata Umum dan Kata Khusus

 

Arti Kata Umum

Kata yang umum atau yang luas adalah kata dengan jangkauan yang luas (arti dari kata yang umum adalah luas), dimana kata tersebut masih dapat diuraikan atau diuraikan secara lebih spesifik (lebih lanjut) dan sederhana. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata umum adalah kata yang mengandung makna yang masih dapat dideskripsikan.

Arti Kata Khusus

Kata-kata khusus adalah kata-kata dengan ruang lingkup terbatas (arti kata-kata khusus sempit), dan kata-kata ini tidak dapat dirinci atau diuraikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata khusus adalah kata yang mengandung makna yang tidak dapat dijelaskan lagi.

KATA UMUM DAN KHUSUS

Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak hanya  tawes, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila ikan koki, dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan; demikian juga gurame, tele, sepat tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam  hal ini, kata yang acuannya lebih luas disebut kata umum,  seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus  disebut kata khusus, seperti gurame, tele, tawes, dan mas.


Kata urnum disebut superordinat, kata khusus disebut  hiponim.

Contoh kata bermakna umum yang lain adalah bunga.  Kata bunga merniliki acuan yang lebih luas daripada mawar. Bunga bukan hanya mawar, melainkan juga ros, melati, dahlia, anggrek dan cempaka. Sebaliknya, melati pasti sejenis bunga; anggrek juga tergolong bunga, dahlia juga merupakan sejenis bunga. Kata bunga yang memiliki acuan yang lebih luas disebut kata umum, sedangkan kata dahlia, cempaka, melati, atau ros memiliki acuan yang lebih khusus daif disebut kata khusus. Pasangan kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generik dan spesifik.


  Sapi, kerbau, kuda, dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generik), sedangkan sapi, kerbau, kuda, keledai adalah kata khusus (spesifik).

Minggu, 23 Mei 2021

Makna Denotatif dan Konotatif



PENGERTIAN DIKSI

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.


Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik Lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. 


MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisite Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung  sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.

 

Makna konotatif adalah makna asosiatif, maha yang timbul sebagai akibat dari sikap Sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.


Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. la tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif


Kata rumah monyet mengandung makna konotatif Akan  tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang tepat  Begitu juga dengan istilah rumah asap.


makna-makna konotatif sifatnya lebih profesionai dan operasional daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah  makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi  tertentu.


Misalnya:

rumah             gedung, wisma; graha 

penonton         pemirsa, pemerhati 

dibuat              dirakit, disulap  

sesuai              harmonis 

tukang             ahli, juru 

pembantu        asisten 

pekerja            pegawai, karyawan  

tengah             madia  

bunting            hamil, mengandung 

mati                 meninggal, wafat 


Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.


Kalimat di bawah ini menunjukkan hal itu.

Dia adalah wanita cantik (denotatif)

Dia adalah wanita manis (konotatif)


Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.


Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada rumah), Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung  arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.


Perhatikan kalimat di bawah ini.

Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat.


Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna "bekerja keras" yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif.


kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata bermakna konotatif. kata-kata idiom atau ungkapan yang adalah sebagai berikut:


keras kepala, 

panjang tangan, 

sakit hati, dan sebagainya.





Jumat, 21 Mei 2021

Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar

BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Setelah masalah baku dan nonbaku dibicarakan, perlu pula bahasa Yang baik dan yang benar dibicarakan. Penentuan  atau kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari apa yang kita katakan sebagai bahasa baku.  Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah "benar” suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah "baik" tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat.

Pengertian benar pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaktu Di bawah ini akan dipaparkan sebuah contoh.


Kuda makan rumput


Kalimat ini benar karena memenuhi kaidah sebuah kalimat secara struktur, yaitu ada subjek (kuda), ada predikat (makan),  dan ada objek (rumput). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna, yaitu mendukung sebuah  informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halnya dengan kalimat di bawah ini.


Rumput makan kuda


Kalimat ini benar menurut struktur karena ada subjek (rumput), ada predikat (makan), dan ada objek (kuda). Akan tetapi, dari segi makna, kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik.

Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukan yang benar menurut kaidah Yang berlaku. Kata aktifitas tidak benar penulisannya karena pemunculan kata itu tidak mengikuti kaidah penyerapan yang telah ditentukan. Pembentukan penyerapan yang benar ialah aktivitas karena diserap dari kata activity. Kata persuratan kabar dan pertanggungan jawab tidak benar karena tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Yang benar menurut kaidah ialah kata persuratkabaran dan pertang-gungjawaban.


Pengertian "baik" pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata Yang sesuai dengan pertemuan itu sehingga kata-kata yang keluar.


atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan nilai rasa yang  tidak pada tempatnya, Pemilihan kata yang akan dipergunakan dalam. suatu untaian kalimat sangat berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan itu. Pada suatu ketika kita menggunakan kata menugasi, tetapi pada waktu lain kita menggunakan kata memerintahkan, meminta bantuan, memercayakan, dan sebagainya.


Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik  adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan  sesuai dengan situasi pemakaiannya.

Ragam Sosial dan Ragam Fungsional


RAGAM SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL

Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia ditandai pula oleh adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dałam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri. Selain itu, ragam sosial tidak jarang dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan. Dalam hal ini, ragam baku nasional dapat pula berfungsi sebagai  ragam sosial yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah atau  ragam sosial yang lain merupakan ragam sosial dengan nilai  kemasyarakatan yang rendah. 


Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional, adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan. Perhatikan contoh-contoh berikut.

 

Ragam Keilmuan/Teknologi

 

Komputer adalah mesin pengolah informasi. Berjuta juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari kembali apabila diperlukan. Komputer dapat juga mengerjakan perhitungan yang rumit dengan kecepatan yang luar biasa. Hanya dalam waktu beberapa detik komputer dapat melaksanakan pekerjaan yang kalau dikerjakan oleh tenaga manusia akan memakan waktu berminggu-minggu.

 

Di jantung komputer terkecil (yang disebut mikrokomputer) terdapat sebuah komponen elektronik yang dinamakan mikroprosesor. Komponen ini terbuat dari keping silikon yang berukuran tidak lebih besar dari pada kuku jari kelingking. Sebenarnya, mikroprosesor iłu sendiri adalah komputer dan dapat dibangun menjadi berbagai jenis mesin.

 

Ragam Kedokteran

Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes mellitus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone = ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada di dasar otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada di bawah hati- Dengan kurangnya zat insulin ini, metabolisme gula terganggu sehingga sebagian tidak bisa diubah menjadi bahan yang bisa untuk menghasilkan tenaga, atau perubahan tersebut tidak sempurna.


Ragam Keagamaan

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaiłu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya. Tidaklah orang-orang iłu menya ngka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.

Rabu, 19 Mei 2021

Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Bahasa Melayu/Indonesia



Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Bahasa Melayu/Indonesia


Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat  mentukan dalam sejarah perkembangan bahasa Melayu/lndonesia dapat diperinci sebagai berikut.


1. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu, 


2. Pada tahun 1908 Pemerintahmendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai  Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Sitti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. Kehadiran dua novel itu di masa kini di toko buku menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia sudah ada dan sudah dipakai sebelum tahun 1928.


3. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal 28 Oktober 1928 itulah para pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.


4. Pada tahun 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan kawan-kawan.


5. Pada tanggal 25--28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Putusannya adalah bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan kita saat itu.  


6. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.


7. Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya. 


8. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober-2 November 1954 memutuskan bahwa bangsa  Indonesia bertekad untuk icrus„menerus menyempuma  kan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa  nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara itu.


9. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia  yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan   Presiden No. 57, tahun 1972.


10. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa   Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia. 


11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober -- 2 November 1978 merupakan peristiwa yang penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang kelima puluh ini,  selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga memutuskan untuk terus berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.


12. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada 21—26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih diangkatkan sehingga amanat yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.


13. Kongres Bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober -- 3 November 1988. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta tamu dari negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres   ini ditandai dengan dipersembahkannya karya besar  Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada  pecinta bahasa di Nusantara, yakni berupa (1) Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan (2) Tata Bahasa Baku Bahasa  Indonesia.


14. Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober -- 2 November 1993. Pesertanya  sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53  peserta tamu dari mancanegara (Australia, Brunei  Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga  Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang Undang Bahasa Indonesia.


15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia Jakarta pada 26—30 Oktober 1998. Kongres ini mengasulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bakasa dengan ketentuan sebagai berikut.

  1. Keanggotaannya terdiri atas tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
  2. Tugasnya ialah memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta meng upayakan peningkatan status kelembagaan Pusat   Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 


16. Kongres Bahasa Indonesia VIII. Kongres ini diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14—17 Oktober 2003.


Nah demikianlah artikel tentang Peristiwa peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahsa Melayu/Indonesia, mohon maaf apa bila ada kesalahan dalam penulisan atau kurang tepat yang tidak berkenan silahkan tulis kritik dan saran di kolom komentar semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi pembaca.



Salam hangat salam literasi “ADMIN”


Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

  1. Kedudukan Bahasa Indonesia
  2. Fungsi Bahasa Indonesia



Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa

nasional sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara sesuai dengan UndangUndang Dasar 1945.


Fungsi Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.


Sebagai Lambang Kebanggaan kebangsaan

Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta rasa kebangaan pemakainya senantiasa kita bina.


Sebagai Lambang Indentitas Nasional

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah  harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain, Bahasa Indonesia  dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.


Sebagai Bahasa nasional

Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga— sebagai bahasa nasional— adalah sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai latar perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan.  kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di Tanah Air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu satunya alat komunikasi.


Sebagai Alat Pemersatu

Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai-bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memung kinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah atau golongan.


Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhu bungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan  kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.


Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan dokumen-dokumen dan putusan-putusan serta Surat-surat yang dikeluarkan Oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan Iainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.


Sebagai fungsinya yang kedua di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-daerah, seperti daerah Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makasar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.


Sebagai fungsinya yang ketiga di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi. timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku, melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.


Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat Yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki dri-ciri dan identitasnya sendiri, Yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indone sia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nila sosial budaya nasional kita (Halimy 1979:4--56 Moeliont  1980:15--31).


Di samping itu, sekarang ini fungsi Bahasa Indonesia telah pula bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa. Media massa cetak dan elekfronik baik visual, audio, maupun audio visual harus memakai  bahasa Indonesia, Media massa menjadi tumpuan kita dalam  menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar.


Di dalam kedudukannya sebagal sumber  bahasa daerah, bahasa Indonesia berperanan sangat penting Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata dapat mem perkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep.


Bahasa Indonesia sebagal alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakart wahana  pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional. 

Selasa, 18 Mei 2021

Penting Atau Tidaknya Bahasa Indonesia

 

PENTNG ATAU TIDAKNYA BAHASA INDONESIA

Sebuah bahasa penting atau tidak penting dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu jumlah penutur, luas daerah penyebarannya, dan terpakainya bahasa itu dalam sarana ilmu, susastra, dan budaya. 


    Dipandang dari Jumlah Penutur


Ada dua bahasa di Indonesia, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa kedua bagi sebagian besar warga bangsa Indonesia. Yang pertama kali muncul atas diri seseorang adalah bahasa daerah ("bahasa ibu"). Bahasa Indonesia baru dikenal anak-anak setelah mereka sampai pada usia sekolah (taman kanak-kanak).


Berdasarkan keterangan di atas, penutur bahasa Indonesia yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai "bahasa ibu" tidak besar jumlahnya. Mereka hanya terbatas pada orang-orang yang lahir dari orang tua yang mempunyai latar belakang bahasa daerah yang berbeda, sebagian orang Yang lahir di kota-kota besar, dan orang yang mempunyai latar belakang bahasa Melayu. Dengan demikian, kalau kita memandang bahasa Indonesia sebagai “bahasa ibu”, bahasa Indonesia itu tidak penting. Akan tetapi, pandangan kita tidak tertuju pada masalah "bahasa ibu". Jumlah penutur Yang dimaksud adalah jumlah penutur yang memberlakukan bahasa Indonesia sebagai "bahasa kedua". Data ini akan membuktikan bahwa penutur bahasa Indonesia adalah 240 juta orang (2008)  ditambah dengan penutur-penutur Yang berada di luar Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di kalangan masyarakat.


    Dipandang dari Luas Penyebarannya


Penyebaran suatu bahasa tentu ada hubungannya dengan penutur bahasa itu. Oleh sebab itu, tersebarya suatu bahasa  tidak dapat dilepaskan dari segi penutur.


Penutur bahasa Indonesia yang berjumlah 240 juta lebih itu tersebar dalam daerah yang luas, yaitu dari Merauke sampai Sabang. Daerah ini masih harus ditambah dengan (di samping Malaysia dan Brunei) daerah-daerah Iain, seperti Australia, Belanda, Rusia, dan Jepang. Luas penyebaran ini  dapat dilihat pula pada beberapa universitas di luar negeri  yang membuka jurusan Bahasa Indonesia sebagai salah satu Jurusan. Keadaan daerah payebarannya ini akan membukakan bahwa bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di antara bahasa-bahasa dunia.


    Dipandang dari Dipakainya sebagai Sarana Ilmu,  Budaya, dan Susastra


Sejalan dengan jumlah penutur dan luas penyebararmya, pemakaian suatu bahasa sebagai sarana ilmu, budaya, dan Susastra dapat dijadikan pula ukuran penting atau tidaktnya bahasa itu. Kalau kita mencoba memandang bahasa daerah, seperti bahasa Kerinci, kita dapat menelusuri seberapa jauh bahasa itu dapat dipakai sebagai sarana susastra, budaya, dan ilmu.


Tentang susastra, bahasa Kerinci kaya dengan macam dan jenis susastranya walaupun hanya susastra lisan. Susastra Kerinci telah memasyarakat ke segenap pelosok daerah Kerinci Dengan demikian, bahasa Kerinci telah dipakai sebagai sarana dalam susastra.


Tentang budaya, bahasa Kerinci telah dipakai pula walaupun hanya dalam berkomunikasi, bertutur adat, bernyanyi, berpantun, dan sebagainya.


Tentang ilmu pengetahuan, bahasa Kerinci belum mampu memecahkannya. Jika hendak menulis surat, orang-orang Kerinci memakai bahasa Indonesia, bukan bahasa Kerinci. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Kerinci belum mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana ilmu.


Ketiga hal di atas --sarana ilmu pengetahuan, budaya, dan susastra-- telah dijalankan oleh bahasa Indonesia dengan sangat sempurna dan baik. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang penting.


Nah begitulah tentang penting atau tidak pentingnya Bahasa Indonesia semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian terimakasih.

Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku

Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku


RAGAM BAKU DAN RAGAM TIDAK BAKU

 

Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula  atas ragam baku dan ragam tidak baku.


Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan di akui oleh sebagian beşar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak di lembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.


Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.


a)     Mantap

Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau  kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada  sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.


b)    Dinamis

Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.


c)     Cendekia 

Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).


Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam Otak pembicara atau penulis. Selanjutya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak cendekia adalah sebagai berikut.

 

"Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual."

 

Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian, kalimat itu tidak memberikaninformasi yang jelas. Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut.


(1) Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.

(2) Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.


Seragam

Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata Iain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik kese ragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stawardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara atau prantugari.


Sekian artikel tentang ragam baku dan ragam tidak baku semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca sekalian.

Ragam Lisan dan Ragam Tulis

Ragam Lisan dan Ragam Tulis

RAGAM LISAN DAN RAGAM TULIS

Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam pula latar belakang penuturya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.


Tidak dapat kita pungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab  semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis.


Kedua ragam itu berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut.

 

1)         Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.


2)         Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal,  seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan Oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.


Contoh:

Orang yang berbelanja di pasar.

"Bu, berapa cabenya?"

''Tiga puluh."

"Bisa kurang?"

"Dua lima saja, Nak."    

 

Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara, Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang "diajak bicara" mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah/ dan surat kabar.


3)         Ragam lisan sangat terikat poda kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti  Oleh orang yang berada di luar ruang itu. Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis Oleh seorang penulis di Indonesia dåpat dipahami Oleh  orang yang berada di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami  dan dibaca oleh orang yang hidup tahun 2008 dan Seterusnya. Hal itu dimungkinkan Oleh kelengkapan unsur unsur dalam ragam tulis.


Contoh ragam lisan Iainnya.

Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya. "Kenapa  dia, San."

"Tahu, Tuan, miring kali."

Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang diperbincangkannya itu.


4)         Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring. Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis. Perbandingan ini didasarkan atas perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.


Ragam Lisan


A. Penggunaan Bentuk Kata            

  • Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
  • Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
  • Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu Oleh pimpinan akademis.


B. Penggunaan Kosakata

  • Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
  • Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.
  • Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterima.


C. Penggunaan Struktur Kalimat

  • Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
  • Dalam "Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah istimewa Aceh.
  • Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.


Ragam Tulis


A. Penggunaan Bentuk Kata

  • Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni
  • Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan Itu.
  • Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pimpinan akademi.


B. Penggunaan Kosakata 

  • Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
  • Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
  • Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana yang diterima.


C. Penggunaan Struktur Kalimat

  • Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
  • "Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubemur Daerah istimewa Aceh.
  • Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia  makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.


Demikianlah artikel mengenai ragam lisan dan ragam tulis semoga bermanfaat